Cari Blog Ini

Senin, 24 September 2012

1 Mencintai Rasulullah



Bila ingat Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam,
Saya teringat dengan nasyid yang sudah lama
Dari album ‘Secercah Pewarna’ dan Munsyid : ‘The Zikr’ berikut:
Rasulullah 

Rasulullah dalam mengenangmu
Kami susuri lembaran sirahmu
Pahit getir perjuanganmu
Membawa cahaya kebenaran


Engkau taburkan pengorbananmu
Untuk ummat mu yang tercinta
Biar terpaksa tempuh derita
Cekalnya hatimu menempuh ranjaunya
Tak terjangkau tinggi pekertimu
Tidak tergambar indahnya akhlak mu
Tidak terbalas segala jasa mu
Sesungguhnya engkau rasul mulia
Tabahnya hatimu menempuh dugaan
Mengajar erti kesabaran
Menjulang panji kemenangan
Terukir nama mu di dalam Al Quran
Rasulullah kami ummatmu
Walau tak pernah melihat wajah mu
Kami cuba mengingatimu
Dan kami cuba mengamalsunnah mu
Kami sambung perjuanganmu
Walau kami dicaci dihina
Tapi kami tak pernah kecewa
Allah dan rasul sebagai pembela 

Bila mengingat nasyid ini tumbuh kerinduan dan kecintaanku kepada Rasulullah Shalallahu ’alaihi wa Sallam.
Bagaimanakah kita seharusnya mencintai Rasulullah Shalallahu ’alaihi wa Sallam?
Marilah kita kaji bersama berdasarkan materi yang disampaikan Ustadzah Septiana di Kajian Muslimah Online, Senin, 15 Jan 2007.

Mengenai CINTA Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan batasan:

Katakanlah: “Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara , isteri-isteri,kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) jalan berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS: At-Taubah: 24)
Cinta adalah sebuah ungkapan yang sangat indah dalam kehidupan manusia, dengan cinta manusia bisa sengsara dan dengan cinta pula manusia bisa bahagia, bahkan surga bisa diraih dengan cinta, yaitu cinta yang hakiki kepada manusia terpilih Muhammad Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam.
Cinta kepada Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam dengan sebenar-benarnya cinta, merupakan pondasi aqidah seorang muslim. Kita bisa mencontoh bentuk-bentuk cinta yang benar dan membuahkan hasil di dunia maupun di akhirat dari generasi As- Salafus Shalih. Kita bisa menelusuri jejak mereka dalam bercinta dengan kekasih mulia Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam, bagaimana mereka mengorbankan
jiwa, harta, anak, oranga tua dan asegala apa yang dimilikinya.
Banyak orang yang mengaku cinta Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam tetapi mereka tidak tahu hakekatnya, bentuk serta konsekuensi dari cinta tersebut. Padahal semua itu telah dicontokan oleh generasi terbaik, seharusnya manusia yang ingin mendapatkan kebahagian di dunia dan di akhirat harus mencontoh mereka.
Para sahabat dalam memahami cinta kepada Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam, membuktikan dengan segala pengorbanan, pembelaan dan konsekuensinya. Mereka tidak segan-segan mengorbankan harta yang paling mahal yang mereka miliki untuk membela Rasululah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam. Dan cinta mereka kepada beliau melebihi cintanya kepada siapapun, sebagai realisasi dari hadits rawayat Imam Muslim dari Anas bahwa Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :

” Tidaklah seorang hamba beriman sehingga aku lebih dicintai olehnya daripada keluarganya, hartanya dan seluruh manusia.”

Mereka rela kehilangan harta kekayaan, jiwa, anak-anak, orang tua dan seluruh manusia, bahkan lebih baik kehilangan segala macam kenikmatan dari pada kehilangan Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam.

Bagaimana sikap kaum Anshor pada perang Hunain, seperti diriwayatkan oleh Abu Said, ia berkata:

“Maka kaum Anshor menangis hingga air mata mereka membasahi jenggotnya dan mereka mengatakan: kami rela menerima Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam menjadi bagian dan pemberian untuk kami.”

Begitu juga Abu Thalha yang telah menjadikan nyawa sebagai taruhan untuk sang kekasihnya sehingga ia menyatakan kepada Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam pada waktu perang Uhud:

” Wahai Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam janganlah engkau memperlihatkan diri agar tak terkena anak panah pasukan musuh, cukuplah leherku yang menjadi tameng musuh asalkan leher engkau selamat.”

Hal serupa juga dilakukan oleh Abu Dujanah sebagaiman yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Ishaq berkata:

“Abu Dujanah pernah menjadikan dirinya sebagai perisai Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam dari panah musuh dengan merangkul Nabi sehingga panah musuh menancap dipunggungnya dan menghujam seluruh tubuhnya sementara ia tidak bergerak sama sekali.”
Kesenangan dan kegembiraan para sahabat untuk selalu berteman dan bersama Nabi dalam keadaan suka maupun duka terkadang diungkapkan dengan tetesan air mata, sebagaimana yang terjadi pada diri Abu Bakar ra, tatkala diminta untuk menemani beliau dalam hijrah.Abu Bakar ra, bukannya tidak tahu atau lupa bahaya dan resiko yang akan dihadapi dalam perjalanan hijrah, tetapi karena besarnya tekanan dan keinginannya untuk menemani Nabi yang mulia maka ia justru menangis karena bahagia dan gembira bisa menjadi pendamping Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam dalam hijrah tersebut. Imam Al- Hafidz Ibnu Hajar berkata:” Ibnu Ishaq menambahkan dalam riwayatnya bahwa Aisyah berkata:

” Saya melihat Abu Bakar menangis dan saya tidak menyangka ada seorang yang menangis karena kegirangan.”

Tidak hanya pengorbanan cinta sebatas itu untuk melindungi keselamatan diri Rasululah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam, tetapi pengorbanan jiwa dan raga para sahabat juga teruji dalam membela sunnah dan menegakkan ajaran beliau sehingga tidak aneh jika empat ratus sahabat berjanji untuk mati bersama pada perang Yarmuk.
Prinsip para sahabat dalam membela agama sang kekasih mereka, terungkap dari pernyataan Ubadah bin shamit tatkala diutus kepada Muqauqis:

” Tidaklah ada seorangpun diantara kita yang setiap pagi dan sore melainkan selalu berdoa memohon mati syahid dan hendaklah tidak kembali ke tanah airnya, bumi pertiwinya, keluarganya, atau anak-anaknya. Tidak seorangpun diantara mereka yang memikirkan nasib keluarganya kecuali karena mereka telah memasrahkan keluarga dan anak-anak mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mereka hanya memikirkan apa yang ada didepannya.”

Kewajiban mencintai Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam haruslah melebihi cinta kepada :

Pertama: Diri sendiri, ini di riwayatkan oleh Imam Al- Bukhari dari Abdulah bin Hisyam bahwa ia berkata:

” Kami pernah bersama Nabi Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam sementara beliau menggandeng tangan Umar bin Khaththab r.a, lalu Umar berkata kepada beliau: Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali diriku sendiri.” Maka Nabi Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Tidak, demi Dzat yang jiwaku ada di tanganNya! Hingga aku lebih engkau cintai daripada mencintai dirimu sendiri.” Maka Umar berkata kepadanya:“Sesungguhnya sekarang engkau lebih aku cintai dari pada diriku sendiri.” Nabi Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:” Sekarang wahai Umar.”

Kedua: Orang tua dan anak, Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda:

” Demi Dzat yang jiwaku ada ditanganNya, tidaklah diantara kalian beriman sehingga aku lebih dicintai daripada orang tua dan anaknya.”

Ketiga: Keluarga, harta dan seluruh manusia. Imam Muslim meriwayatkan dari Anas bahwa Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

“Tidak beriman seorang hamba sehingga aku lebih ia cintai daripada keluarga, hartanya, dan seluruh manusia.”

Sesungguhnya Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam tidak membutuhkan cinta kita, dan keberadaaan cinta kepada beliau, kita tidak menambah ketinggian dan kemuliaan beliau serta hilangnya cinta kita tidak pula mengurangi kedudukan dan kehormatan beliau, bagaimana tidak, bukankah beliau kekasih Allah Subhanahu wa Ta’ala semesta alam. Tidak hanya itu, bahkan siapa yang mengikuti Nabi Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mencintai dan mengampuni dosa-dosanya sebagaiman firmanNya:

” Katakanlah ‘Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu’.Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Ali Imran : 31).

Oleh sebab itulah mencintai Nabi Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam akan mendatangkan manisnya iman. Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim telah meriwayatkan dari Anas ra, bahwa Nabi talah bersabda:

“Tiga perkara, barang siapa yang tiga hal tersebut berada dalam dirinya maka ia akan mendapatkan manisnya iman; hendaknya Allah dan RasulNya lebih ia cintai daripada selainnya, hendaklah ia mencinatai seseorang dan tidak mencintainya kecuali hanya karena Allah, dan hendaklah ia benci kembali kepada kekafiran seperti kebenciannya bila dilemparkan kedalam api.”

Arti manisnya iman sebagaiman yang telah disebutkan oleh para ulama adalah merasakan lezatnya segala ketaatan dan siap menunaikan beban agama serta mengutamakan itu daripada seluruh materi dunia. Selain akan merasakan manisnya iman, orang yang mencinatai Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam akan bersama beliau di akhirat. Imam Muslim dari Anas bin Malik ra, bahwa ia berkata:

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَتَى السَّاعَةُ؟ قَالَ: وَمَا أَعْدَدْتَ لِلسَّاعَةِ؟ قَالَ: حُبَّ اللهِ وَرَسُوْلِهِ. قَالَ: فَإِنَّكَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ. قَالَ أَنَسٌ: فَمَا فَرِحْنَا بَعْدَ اْلإِسْلاَمِ فَرَحًا أَشَدَّ مِنْ قَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فَإِنَّكَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ. قَالَ أَنَسٌ: فَأَنَا أُحِبُّ اللهَ وَرَسُوْلَهُ وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ، فَأَرْجُو أَنْ أَكُوْنَ مَعَهُمْ وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِأَعْمَالِهِمْ
“Seseorang pernah datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu bertanya, ‘Wahai Rasulullah, kapan hari kiamat terjadi?’ Beliau pun bertanya kepadanya, ‘Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapi hari kiamat?’ Dia menjawab, ‘Kecintaan terhadap Allah dan Rasul-Nya.’ Maka beliau bersabda, ‘Engkau bersama orang yang engkau cintai.’ Anas berkata, ‘Tidak ada sesuatu pun yang menggembirakan kami setelah Islam lebih dari ucapan Nabi: ‘Engkau bersama orang yang engkau cintai’. Aku mencintai Allah, Rasul-Nya, Abu Bakr dan Umar, maka aku pun berharap akan bersama mereka walaupun aku belum beramal seperti amalan mereka.” (HR. Al-Bukhari no. 6171 dan Muslim no. 2639)

Tanda-tanda mencintai Rasulullah
Tanda-tanda mencintai Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam telah dibicarakan oleh para ulama, suatu contoh Ibnu Hajar berkata:

“Termasuk tanda cinta kepada Nabi Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam di atas adalah bahwa seandainya disuruh memilih antara kehilangan dunia atau bertemu dengan Rasululah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam kalau itu memungkinkan maka ia memilih kehilangan dunia dari pada kehilangan kesempatan untuk melihat beliau, ia merasa lebih berat kehilangan Rasul Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam dari pada kehilangan kenikmatan dunia, maka orang yang seperti itu telah mendapat sifat kecintaan di atas dan siapa yang tidak bisa demikian maka tidak berhak mendapat bagian dari buah cinta itu. Yang demikian itu tidak hanya terbatas pada persoalan cinta belaka bahkan membela sunnah dan menegakkan syariat serta melawan para penentang-penentangnya termasuk amar ma’ruf nahi munkar.” 

Tanda cinta pertama adalah, Rindu Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam di atas segalanya. Sudah menjadi hal yang wajar bagi setiap orang, untuk selalu berhasrat dan berharap serta ingin bertemu dan berkumpul bersama orang-orang yang dicintainya, barang siapa yang mencintai kekasih yang mulia Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam maka sangatlah rindu dan berharap bisa bertemu serta menemani beliau baik di dunia maupun di akhirat. Dia menunggu kebahagian dengan perasaan rindu dan cemas, jika disuruh memilih di antara Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam atau kenikmatan dunia, maka ia lebih memilih bertemu Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam, ia sangat bergembira untuk melihat wajah beliau yang bercahaya dan sangat senang serta bahagia bila bisa diberi kesempatan untuk bertemu dengan beliau dan sangat takut bercampur cemas bila terhalang tidak bisa melihat dan bertemu beliau bahkan mengguyur deras air mata duka tatkala berpisah dengan beliau.

Cintanya kaum Anshor terhadap Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam telah ditunjukan oleh mereka dengan cara menyambut kedatangan beliau ke kota Madinah yang digambarkan dalam hadits Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari Urwah bin Az-Zubair ra, sebagai berikut : 

“Orang-orang Islam di Madinah mendengar kepergian Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam dari kota Makkah, maka mereka hampir setiap pagi pergi keluar kota di padang pasir untuk menunggu kedatangan Nabi Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam dan tidak pulang ke rumah hingga terik matahari di siang hari mengusir mereka. Pada suatu hari karena lama menunggu, mereka kembali ke rumah, setelah mereka sampai di rumah masing-masing, ada seorang yahudi yang mendaki ke tempat yang tinggi di salah satu benteng untuk melihat sesuatu, tiba-tiba ia melihat Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam bersama para sahabatnya mengenakan pakaian putih dari kejahuan menerobos fatamorgana. Sehingga tanpa disadari ia berteriak dengan suara yang tinggi:’ Wahai oranga-orang Arab inilah pemuka kalian yang kalian tunggu-tunggu’. Maka dengan serempak mereka berhamburan, membawa pedang untuk menyambut kehadiran Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam di tengah-tengah padang pasir.”

Subhanallah! Betapa dalam rasa rindu mereka ingin menyambut kehadiran Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam hingga mereka mondar-mandir setiap pagi ke padang pasir menunggu kehadiran beliau dan tidak pulang ke rumah hingga terik matahari di tengah siang yang mengusir mereka agar pulang ke rumah masing-masing.
Tanda cinta kedua; Mengorbankan harta dan jiwa demi Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam. Orang yang sedang bercinta, semangat membara, senang hati akan tidak segan-segan mengorbankan segala sesuatu baik berupa jiwa, kesenangan diri dan sesuatu yang paling berharga untuk sang kekasih. Begitu pula pecinta-pecinta Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam yang mulia dari kalangan sahabat, tinta sejarah telah menorehkan catatan emas tentang betapa tinggi pengorbanan dan pembelaan serta kesetiaan mereka terhadap beliau, sehingga orang-orang yang mencintai Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam setelah merasakan dalam dada mereka kerugian yang tidak terhingga karena tidak mampu menggapai kebahagian yang teragung dan harapan yang amat mahal.

Imam Ahmad meriwayatkan kepada kita dari Barra’ bin Azib berkata, Abu Bakar Radliyallahu ’anhu pernah berkata:

“Pada waktu kami pergi hijrah, orang-orang sedang mengejar kita dan tidak ada yang dapat mengajar kami kecuali Surakah bin Malik bin Ju’tsum dengan mengendarai kuda. Saya berkata kepada Beliau Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam:”Wahai Rasululah pencarian telah mampu mendapatkan kita?” Maka Beliau bersabda, ”Jangan kamu kawatir sesungguhnya Allah pasti bersama kita.” Hingga dia telah mendekati kita dan jarak kami dengan dia kira-kira satu atau dua atau tiga tombak, Abu Bakar berkata: ”Wahai Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam, Orang yang melakukan pencarian telah berhasil mengejar kita? Maka saya menangis?”. Beliau bertanya: ”Kenapa kamu menangis?” Saya menjawab: ”Demi Allah, saya menangis bukan karena takut terhadap keselamatan diriku akan tetapi saya takut terhadap keselamatan diri Engkau”. Barra’ berkata : ‘Maka Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam mendoakan keburukan atas Surakah denagan berdoa: “Ya Allah, cukupkanlah dia dari kami dengan sesuatu yang Engkau kehendaki.” Maka tiba-tiba kaki kuda Surakah terperosok ke dalam tanah yang keras hingga perut kuda menyentuh tanah.”
Tanda cinta ketiga; Tunduk terhadap perintah dan menjahui larangan Rasulullah. Tidak dapat dipungkiri bahwa orang akan selalu taat kepada orang yang dicintainya, dia berusaha melakukan apa saja yang diinginkan oleh sekasihnya dan menghindari segala apa saja yang dibenci olehnya. Ia
merasakan kenikmatan dan kelezatan yang tidak terhingga. Begitu juga orang yang mencintai Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam yang mulia, selalu berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mengikuti jejak beliau, bersegera mewujudkan perintah dan bersegera menjahui larangan beliau. Betapa banyak kita dapatkan sikap-sikap indah yang tercermin dari perilaku sahabat yang mulia dan jujur dalam mencintai Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam.

Orang-orang pecinta Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam bukan hanya sanggup meninggalkan suatu yang disenangi saja bahkan mereka sanggup meninggalkan kebiasaannya bertahun-tahun bahkan kebiasan yang mereka warisi secara turun-temurun, namun mereka tidak menjadikan kebiasan itu sebagai hujjah untuk menentang perintah Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam seperti sikap kebanyakan kaum muslimin zaman sekarang ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat An-Nur ayat 51:
“Sesungguhnya jawaban orang-orang mu’min bila mereka dipanggil kepad Allah dan RasulNya agar rasul menghukum (mengadili) diantara mereka ialah ucapan:’Kami dengar dan kami patuhi’. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung,”

Tanda cinta keempat : membela sunnah dan memperjuangkan syariat yang dibawa Rasulullah. Sangat wajar bila orang selalu mengorbankan waktu, tenaga dan seluruh harta kekayaannya seperti pengorbanan yang dilakukan oleh kekasihnya. Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam telah mengorbankan seluruh pemberian Allah Subhanahu wa Ta’ala baik berupa potensi, kemampuan harta dan jiwa untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya Islam, dari penyembahan hamba kepada penyembahan Rabbnya hamba. Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam berjihad di jalan Allah dengan sungguh-sungguh Agar kalimat Allah Subhanahu wa Ta’ala tinggi dan kalimat kekafiran hancur dan hina dan beliau berperang agar tidak muncul fitnah dan hanya agama Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tegak di muka bumi.Orang-orang yang mencintai Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam mengikuti dan mencontoh jejak petunjuk beliau dalam semua itu, dengan suka rela mereka dengan bantuan dan karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu siap mengorbankan seluruh potensi dan kemampuan, mempersembahkan harta dan nyawa untuk tujuan seperti tujuan yang ditempuh Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam, beliau mempersembahkan waktu, harta dan jiwa untuk itu.Allah berfirman:

“Di antara orang-orang mumin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kapada Allah, maka diantara mereka ada yang gugur. Dan diantara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah (janjinya).” (QS Al-Ahzab : 23)



Wallahu a'lam bishshowab

SHARE TWEET

2 Sebaik-baik Perpisahan



Izinkan saya kembali belajar menulis dan berlatih berbagi lagi….
Dalam sebuah pelatihan di sebuah perkantoran di bilangan Jakarta Timur, saya terkesima..
Beberapa hadirin juga terlihat terpukau dan beberapa tak kuasa menahan tetesan air mata…

Suasana memang sangat mendukung sekali..ruangan yang nyaman dan sejuk, diiringi instrumentalia yang sangat lembut sehingga kata kata dari sang Ustadz sungguh menjadi sangat berpengaruh..

Teringat, sungguh benar perkataan mulia Rosulullah shalallaahu 'alaihi wa sallam:
"Wa inna minal bayaani lasihran", "Sesungguhnya sebagian dari perkataan itu benar-benar dapat menyihir (memberi pengaruh kuat)." (HR Bukhori, at Tirmidzi, Abu Daud dan Ahmad)

Paparan yang disampaikan oleh sang Ustadz di kantor (smoga Allah memberikan keberkahan dan pahala melimpah dan menjadikan ilmunya al’ilm yuntafa’ubih bagi beliau) adalah kisah-kisah saat-saat terakhir sebelum baginda wafat. Kisah ini, mungkin sebagian dari sahabat yang pada saat kecil mengaji kitab klasik (kuning) sering mendengarnya…Kisah yang senantiasa menarik bagi pencinta khusnul khotimah..sebaik-baik akhir…kisahnya adalah sebagai berikut ini:

Suatu hari Rasulullah mengumpulkan para sahabatnya. Mereka berkumpul mengelilingi beliau.
Rasul berkata : ”Wahai para shahabat hari ini, aku tawarkan kepada kalian. Barangsiapa di antara kalian pernah aku sakiti. Maka sekaranglah saatnya kalian mengqishash diriku ( membalasnya )”
Para sahabat hening, tak ada satupun yang mampu bersuara.....

Rasul mengulangi lagi perkataannya ” Wahai shahabat, kalau kalian pernah merasa aku sakiti silahkan kali ini saatnya kalian membalasnya...”
Para sahabat makin tertunduk...menangislah mereka...mereka merasa sebentar lagi masa-masa indah bersama Rasul tercinta akan berakhir....

Untuk ketiga kalinya Rasulullah berkata ” Silahkan siapa yang mau mengqishas diriku ”...... 

Tiba-tiba muncullah Ukasah Radliyallahu 'anhu dan berkata.
“ Saya ya Rasul…..saya akan mengqishas Anda ya Rasulullah…..” 

Umar Radliyallahu 'anhulangsung mencabut pedangnya sambil berkata “ Apa yang akan kamu lakukan wahai Ukasah…pedang Umar yang menebas kepalamu kalau engkau berani menyakiti Rosulullah “
Baginda yang agung tersenyum “ Biarkan Ukasah ya Umar………. “ 

Abu Bakar Radliyallahu 'anhu pun maju, sambil berkata “ Wahai Ukasah, Abu Bakar dan keluarganya yang akan menebusnya ya Ukasyah “
Akan tetapi Rasul pun melarang Abu Bakar membelanya..

Kemudian Ukasah berkata : ” Pada saat aku mengiringi engkau berperang, cambukmu pernah mengenai punggungku ya Rasul..untuk itu kali ini aku ingin mencambukmu ya rasul....”.
Para sahabat terdiam menahan amarah................. akan tetapi Rasulullah dengan tersenyum mempersilahkan Ukasah mengambil cambuknya

Tidak cukup sampai di situ...Ukasah berkata : ”Ya rasul, dulu sewaktu cambukmu mengenai punggungku...cambukmu saat itu langsung mengenai kulit punggungku, karena punggungku pada waktu itu tidak tertutup kain....untuk itu aku ingin kali ini, punggungmu dibuka juga ya Rasulullah..” 

Para sahabat makin geram dengan permintaan Ukasyah.
Rasul tetap tersenyum dan kemudian membuka kain yang dikenakannya...

Pada saat punggung baginda tercinta terbuka.... maka seketika itu juga Ukasyah menubruk punggung Rasulullah...,kemudian dia memeluk dan mencium punggung yang kemilau itu. Sambil menangis sesenggukan Ukasyah berkata
” Wahai Rasul Allah....maafkan aku.....aku hanya ingin memeluk dan mencium tubuhmu untuk yang terakhir kali...dan Aku ingin tetap bersama-sama Engkau Ya Rasul sampai di akhirat kelak."
Dan rasul pun berkata ” Doamu Insya Allah dikabulkan Allah wahai Ukasyah ” 

Dalam kisah yang lain malaikat Izrail pun kemudian datang mengucap salam.....
...serta menyampaikan salam dari Allah swt, bahwa Allah rindu bertemu dengan Rasulullah.
malaikat pun minta izin untuk mencabut ruh mulia beliau..............

"Ya Ayyatuhan Nafsul Muthmainnah. 
Irji’i ila rabbiki raa dhiyatam mardhiyyah. 
Fadkhuli fi ’ibadi. Wadkhuli jannatii..."

"Wahai jiwa yang tenang... 
Kembalillah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhoi-Nya. 
Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku. 
Dan masuklah ke dalam surga-Ku." 
( Qs Al Fajr : 27-30)..

Allaahumma shalli 'alaa sayyidinaa Muhammad wa 'alaa aalihi ashhabihii ajma'iin


Sahabat semua milikilah selalu azam untuk memiliki akhir yang sebaik-baiknya..
Semoga kita semua nanti bisa bereuni di salah satu taman dari taman-taman surga-Nya
Semoga kita bisa berkunjung, bertatap dan berjumpa wajah dengan orang yang paling kita sayangi, kita cintai Baginda Rosul dan juga para sahabat....Amin 3x.
SHARE TWEET

1 1 X Sholat JAMA’AH di MASJID = 5 Hari Shalat SENDIRI ?


Agar HIDUP BERKUALITAS...
Kita harus menjadikan UMUR kita lebih BERKULALITAS ...
Dengan melakukan IBADAH yang BERKUALITAS.
Salah satunya adalah dengan shalat BERJAMA'AH di MASJID.
Mengapa demikian ?
Karena shalat fardlu sehari semalam adalah 5 kali.
Kita bisa menggandakan dengan cara CERDAS, yaitu

1 X shalat berjama’ah di Masjid = 5 hari shalat sendiri 
Karena sekali shalat berjama’ah di Masjid pahalanya 25 derajat dibanding shalat sendiri.
“Shalatnya seorang pria berjamaah pahalanya 25 derajat dibanding sendirian di rumah atau di pasar, yang demikian itu karena jika ia berwudhu dengan sempurna kemudian ia keluar rumah dengan satu tujuan shalat berjamaah di masjid, maka setiap langkahnya mengangkat satu derajat dan diampuni satu dosanya, dan selama ia di majelis shalat tanpa hadats didoakan para malaikat, “Ya Allah, ampunilah ia dan rahmatilah ia”, dan dianggap mengerjakan shalat sepanjang menunggu waktu shalat” (HR Bukhari Muslim).

Bahkan rumusannya bisa berubah:

1 X Sholat JAMA’AH > 5 Hari Shalat SENDIRI Karena dalam hadits lain yang masyhur adalah lebih utama 27 derajat.
Rasulullah s.a.w. bersabda "Shalat Jamaah lebih utama dua puluh tujuh kali dibanding shalat sendiri"
(H.R. Bukhari Muslim dll.).


Fadhilah Shalat BERJAMA’AH di MASJID:

1. Mendapat naungan Allah Subhanahu wa Ta'ala pada hari kiamat
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda :
"Tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah Subhanahu wa Ta'ala di hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya (diantaranya)......dan seseorang yang hatinya selalu terpaut pada masjid" (Muttafaqun Alaihi)

Berkata Imam An-Nawawi ketika menjelaskan makna hadits di atas yaitu "Orang mempunyai rasa cinta yang dalam terhadap masjid dan kontinyu dalam melaksanakan shalat berjama'ah di dalamnya bukan berarti selalu tinggal didalam masjid" (lihat syarah An-Nawawi 7 : 121)

2. Akan lebih dicintai oleh Allah.
"Shalat seseorang bersama seorang lebih utama dari shalat sendiri, dan shalat bersama dua orang lebih utama dari shalat bersama seorang, semakin banyak mereka berjamaah semakin dicintai Allah" (H.R. Ahmad, Abu Dawud).

3. Mendapat keutamaan berjalan dan pulang ke/dari Masjid.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda :
"Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang dengannya Allah akan menghapuskan dosa dan mengangkat derajat ?" Para shahabat berkata : "Tentu, Ya Rasulullah", Beliau bersabda " ....dan memperbanyak langkah menuju ke masjid ..." (HR. Muslim).

Pengangkatan derajat artinya kedudukan yang tinggi di Syurga (lihat syarah An-Nawawi 3 : 141).

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam : "Barang siapa yang menuju ke masjid untuk shalat berjama'ah maka setiap langkahnya menghapuskan dosa dan ditulis padanya satu kebaikan baik ketika ia pergi maupun ia kembali" (HSR. Ahmad).

Syaratnya berangkat dari rumah sudah menyempurnakan wudlu.
Diriwayatkan dari Utsman bin Affan berkata "Saya mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda :
"Barang siapa yang berwudhu dan menyempurnakannya kemudian berjalan untuk melaksanakan shalat fardu bersama dengan manusia atau secara berjama'ah atau di dalam masjid maka Allah Subhanahu wa Ta'ala akan mengampuni dosa-dosanya" (HR. Muslim)

3. Mendapat keutamaan menunggu shalat.
Rasululah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda :
"Apabila salah seorang dari kalian duduk untuk menunggu shalat di masjid maka dia senantiasa dalam keadaan shalat selama ia tidak berhadats (dan) para malaikat akan mendo'akannya : "Ya Allah ampunilah dia, Ya Allah rahmatilah dia" (HR. Muslim)

4. Mendapat keutamaan berada di shaf pertama.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda :
"Kalau seandainya manusia mengetahui apa yang terdapat dalam adzan dan shaf pertama kemudian mereka tidak mendapatkannya kecuali dengan melakukan undian niscaya mereka akan melakukannya" (HR. Bukhari)

5. Mendapat keutamaan berada di shaf sebelah kanan.
Diriwayatkan dari Aisyah berkata bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda :
"Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya bershalawat atas orang-orang yang berada pada shaf sebelah kanan"(HR.Abu Daud dan Ibnu Majah).

Dan adalah para shahabat menyukai untuk senantiasa berada di bagian kanan shaf apabila mereka shalat dibelakang Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Al-Bara' Radhiyallahu 'anhu berkata :
"Kami apabila shalat di belakang Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam lebih kami sukai untuk kami berada di sebelah kanan beliau karena beliau menghadapkan wajahnya (pertama kali) kepada kami (saat salam)" (HSR. Abu Daud)

6. Mendapatkan keutamaan mengucapkan amin bersama para malaikat.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Apabila imam mengucapkan "ghairul maghduubi 'alaihim waladdhaliin" maka katakanlah "Amin" karena barang siapa yang aminnya bertepatan dengan aminnya para malaikat maka akan diampuni dosanya yang telah lalu " (HR. Bukhari)

7. Mendapatkan pembebasan dari api neraka dan dari kemunafiqan.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda :
"Barang siapa yang shalat selama empat puluh hari secara berjama'ah dan selalu mendapatkan takbir pertama, maka di tetapkan baginya dua pembebasan : Pembebasan dari api neraka dan pembebasan dari kemuniqan" (HHR. Tirmidzi).

8. Mendapat Penerangan dari Allah atas kegelapan akhirat.
Rasulullah bersabda "Karuniailah mereka yang berjalan dalam kegelapan menuju masjid dengan sinar yang sempurna di hari kiamat" (H.R. Abu Dawud & Trimidzi).

9. Mendapatkan keutamaan shalat ’Isya dan shalat Shubuh berjama'ah.
Dalam riwayat Utsman Rasulullah s.a.w. bersabda "Barang siapa shalat Isya' dengan berjamaah, maka ia seperti mendirikan shalat selama setengah malam, barangsiapa shalat Subuh berjamaah, maka ia laksana shalat semalam suntuk" (H.R. Muslim dll.)


Hukum shalat BERJAMA’AH di MASJID:

Hukum shalat Jamaah menurut mazhab Syafi'i : Fardlu kifayah, yaitu apabila tidak ada seorang pun yang mendirikan jamaah dalam satu kampung, maka seluruh kampung mendapatakn dosa.

Mazhab Hanbali bahkan mengatakan shalat jamaah adalah fardlu ain, wajib bagi setiap muslim, karena kuat dan banyaknya dalil yang memerintahkan shalat jamaah.

Mazhab Hanafi dan Maliki mengatakan shalat jamaah selain shalat jum'ah hukumnya sunnah mu'akkadah (Sunnah yang mendekati wajib, sangat ditekankan).

Dalam sebuah hadist Rasulullah bersabda "Wahai umatku, shalatlah di rumah-rumah kalian, karena yang paling utama shalat seseorang adalah di rumahnya, kecuali shalat fardlu" (H.R. Bukhari Muslim).

Bagaimana dengan WANITA?
Sebaik-baik seorang wanita adalah shalat di rumahnya, berdasarkan hadits:
Dan dari Ummu Salamah bahwa Rasulullah shalallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: 
”Sebaik-baik masjid bagi kaum wanita adalah didalam rumahnya.” (HR. Ahmad)

Bagi seorang wanita yang ingin shalat di masjid untuk melakukan shalat berjama’ah diperbolehkan bagi mereka yang sudah tua dan dimakruhkan bagi yang masih muda karena dikhawatirkan adanya fitnah. Tetapi dengan syarat:


Pertama, ada izin dari suami atau wali (jika belum nikah). Dalilnya sabda Nabi SAW : “Jika isteri-isterimu meminta izin ke masjid-masjid, maka izinkanlah mereka.” (HR Muslim, Bukhari, Ahmad, dan Ibn Hibban). 

Kedua, tidak memakai wangi-wangian, atau semisalnya yang dapat menimbulkan mafsadat bagi wanita. Sabda Nabi SAW : “Janganlah kamu melarang wanita-wanita hamba Allah pergi ke masjid-masjid Allah, tapi hendaklah mereka keluar tanpa wangi-wangian.” (HR Abu Dawud, Ahmad, Ibn Khuzaimah, Darimi, dan Baihaqi).

Mana yang lebih utama bagi wanita, sholat di masjid atau di rumah? 
Ada dua pendapat: 
Pertama, yang lebih utama sholat di rumah, baik sholat sendiri (munfarid) atau sholat jamaah. Ini pendapat Ibnu Qudamah (Al-Mughni, 3/443). 
Kedua, yang lebih utama sholat di rumah, jika sholatnya sholat jamaah, bukan sholat sendiri. Ini pendapat Ibnu Hazm (Al-Muhalla, 4/197) dan ulama Syafi’iyah seperti Imam Nawawi. (Al-Majmu’, 4/198).

Kedua pendapat itu dalilnya sama, yaitu sabda Nabi SAW : “Janganlah kamu melarang isteri-isterimu ke masjid-masjid, dan rumah-rumah mereka lebih baik bagi mereka.” (wa buyutuhunna khair lahunna). (HR Abu Dawud, Ahmad, Ibnu Khuzaimah, Baihaqi, Thabrani).

Pendapat pertama mengambil keumuman lafal “dan rumah-rumah mereka lebih baik bagi mereka” (wa buyutuhunna khair lahunna). Jadi menurut pendapat pertama ini, shalat di rumah baik shalat jamaah maupun shalat sendiri, lebih utama daripada shalat jamaah di masjid.

Sedang pendapat kedua, tidak memberlakukan hadis itu secara umum, namun mengkhususkan hanya untuk sholat jamaah, bukan sholat munfarid (sendiri). Imam Nawawi menyatakan : “Adapun wanita, maka sholat jamaah mereka di rumah lebih utama [daripada jamaah di masjid]… Sholat berjamaah wanita lebih utama daripada hadirnya wanita [sholat berjamaah] di masjid-masjid.” (Imam Nawawi, Al-Majmu’ Syarah Al-Muhadzdzab, 4/197-198).



Wallahu a'lam bishshowab
SHARE TWEET

1 Renungan Tahun 2011



Apa yang baru dari tahun baru?
Waktu tetap berjalan.
Bumi tetap berputar pada porosnya.
Matahari tetap terbit dari timur dan tenggelam di barat.
Hari tetap berganti dari pagi, siang, dan menuju malam.
Yang baru dari tahun baru adalah pemaknaan dan pembatasan manusia pada ruang, waktu dan peristiwa.

Satu tahun sebenarnya adalah sebuah garis batas imajiner kurun waktu yang sering dipakai untuk membatasi antara masa lalu dan masa yang akan datang. Imajiner berarti waktu berjalan relatif dengan pemaknaan yang berbeda-beda. Satu tahun bukanlah mutlak harus terdiri dari 365 hari.

Kaum Muslimin misalnya menyebut satu tahun adalah 350 hari, termasuk juga bangsa dan kepercayaan lain yang menggunakan penanggalan lunar (berdasarkan peredaran bulan mengelilingi bumi). Bangsa Persia, Mesir Kuno, Inca dan Maya menyebut satu tahun 360 hari, berdasarkan satu lingkaran adalah 360 derajat.

Tahun Masehi pada awalnya selama beberapa ratus tahun lamanya berjumlah 300 hari karena satu tahun hanya terdiri atas 10 bulan. Bulan Juli dan Agustus disisipkan pada penanggalan Masehi untuk bulan ketujuh dan kedelapan. Penyisipan ini dilakukan ketika agama Kristen mulai berkembang serta untuk menghormati Julius Caesar dan Augustus Caesar yang dianggap berjasa menyebarkan agama Kristen di Eropa.

Akibat penyisipan ini maka nama-nama bulan pada kalender Masehi terasa menyimpang. Bulan Oktober, November dan Desember yang dalam bahasa Latin berarti bulan ke-8, 9 dan 10 tapi setelah penyisipan itu diubah menjadi bulan ke-10, 11 dan 12.

Tahun kabisat mulai diberlakukan pada abad pertengahan setelah timbul kekacauan penanggalan. Bulan April yang seharusnya musim semi malah turun salju sebagai tanda awal musim dingin yang biasanya jatuh pada akhir bulan Desember. Pihak otoritas gereja pada waktu itu kemudian melakukan ‘korupsi’ penanggalan, bulan April diubah menjadi Desember dan langsung merayakan Natal.

Jadi satu tahun atau tahun baru itu mempunyai banyak versi dan definisi menurut kepercayaan, budaya, aspek astronomi dan kesepakatan yang melatarbelakanginya. Di sekolah kita selalu diajarkan secara mutlak oleh para guru bahwa satu tahun adalah waktu evolusi bumi mengelilingi matahari untuk kembali ke tempat kedudukannya semula selama 365 hari. Benarkah? Memangnya kita tahu kedudukan awal bumi di mana?

Maka sebenarnya yang terpenting dalam menyambut tahun baru bukanlah pergantian angka tahun dari 2010 kepada 2011 yang selama ini kita rayakan dengan gegap gempita karena itu hanya angka-angka yang bisa diubah dan direkayasa oleh manusia. Apa yang berjalan secara rutin ini harus kita pahami sebagai sesuatu yang lepas dari rutinitas, yakni kebaruan itu sendiri. Oleh karena itu tahun baru tidak boleh jatuh menjadi rutinitas, karena itu hanya akan melucuti esensi kebaruan yang terdapat di dalamnya.


Karena esensi kebaruan dapat berlangsung kapan saja, maka tahun baru pada hakikatnya bisa terjadi setiap hari. Tahun baru lebih tepat digunakan sebagai sebuah momentum untuk melakukan evaluasi dan renungan yang dapat digunakan untuk mengubur hal-hal yang tidak baik selama kurun satu tahun sebelumnya untuk mengambil hikmah dan solusi yang kemudian dijadikan semangat dan optimisme ke depan. Meski kita tahu bahwa tidak perlu menunggu satu tahun untuk melakukan perubahan-perubahan dalam hidup, karena setiap saat adalah perubahan.
Terus Optimis
Walaupun kita tinggal di negeri yang ‘kacau-balau’ dengan tingkat korupsi dan kemiskinan yang tinggi, bencana alam yang silih berganti dan ketidakadilan yang menyeruak di mana-mana, optimisme harus tetap dibangkitkan.
Meminjam istilah Peter Drucker, "Orang bisa melihat gelas isinya setengah penuh (half full) dan bukan setengah kosong (half empty). Yang membedakan adalah mood atau sikap kita terhadap kondisi saat itu".

Orang yang optimistis akan selalu mengatakan kalau gelas itu is half full, sementara orang pesimistis akan mengatakan kalau gelas itu is half empty. Kenyataannya gelas itu memang setengah berisi air dan setengahnya lagi kosong, tetapi karena sikap dan paradigma orang yang memandangnya berbeda maka persepsi dari orang-orang itu juga berbeda-beda.

Hal ini sangatlah menarik untuk kita renungkan. Kalau kita orang yang optimistis, maka kita menjalani kehidupan ini dengan segala nilai positif, kemauan, hasrat dan semangat yang tinggi ada dalam diri kita serta kemauan yang kuat untuk selalu maju.

Sedangkan kalau orang pesimistis, mungkin saja benar bahwa gelas itu is half empty. Tetapi orang pesimistis sangat susah melewati hidupnya karena dia harus melewati hidupnya dengan segala beban kemurungan, kesedihan dan kesusahan.
Sekali lagi Peter Drucker mengingatkan bahwa: "Dalam kenyataannya kita pun tak bisa mengubah hal itu. Kita tidak bisa mengubah fakta yang telah terjadi. Tetapi kalau kita melihat dengan cara yang lain, maka kita akan mempunyai sebuah makna yang berbeda dalam melihat persoalan tersebut".

Sangat penting untuk melihat dan mempunyai sikap atau attitude yang tepat dan baik dalam kita melakoni kehidupan ini. Spektrum kita dalam melihat kehidupan ini haruslah luas dan dari berbagai sisi. Bukankah Allah dalam firman-Nya (QS Ali Imran ayat 190-191) telah menyuruh kita untuk selalu mengingat-Nya baik dalam keadaan berdiri, duduk bahkan berbaring dan itu dihubungkan dengan proses penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya siang dan malam serta ciri orang yang berakal. Dan itu merupakan isyarat bahwa kita harus "meluas" dalam berfikir sehingga tindakan kita benar dan bernilai.

Sebagai penggugah, Bill Gates pada tahun 80-an pernah bermimpi suatu saat dapat menghadirkan komputer di setiap rumah. Sesuatu yang dianggap sulit diwujudkan pada masa itu. Mimpinya itu hari ini menjadi kenyataan dengan kepemilikan komputer yang tumbuh pesat setiap tahun, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi begitu mencengangkan pada zaman ini yang tidak pernah dibayangkan duapuluh atau bahkan sepuluh tahun yang lalu. Bill Gates dengan visinya mampu menjadikan dirinya sebagai orang terkaya di dunia. Perlu diingat, mimpi dapat mengubah hidup seseorang.

Jangan Menjadi Manusia Celaka
Tahun baru juga melahirkan masalah dan tantangan-tantangan baru yang perlu untuk ditanggapi secara tepat dan jernih. Tantangan dan masalah baru tidak bisa ditanggap dengan kerangka berpikir dan tindakan-tindakan lama.
Oleh karena itu tahun baru juga berarti keberanian untuk melihat dunia dengan cara baru, yakni cara yang mungkin sebelumnya tidak terpikirkan. Tanpa keberanian semacam itu, tahun baru hanyalah merupakan tahun lama yang berganti angka dan nama, namun tanpa mengubah substansi di dalamnya.

Tahun baru selalu menjanjikan harapan akan perubahan ke arah yang lebih baik. Memang mudah merencanakan atau berjanji untuk melenyapkan kebiasaan jelek di masa lalu. Dibutuhkan komitmen, semangat dan kerja keras untuk mewujudkannya. Tahun baru adalah momen untuk menyatakan dan menegaskan komitmen itu untuk perubahan ke arah yang lebih baik.

Tanpa pernyataan, ketegasan, dan tindakan konkret untuk mewujudkan harapan serta menggulirkan perubahan, perayaan tahun akan kehilangan maknanya, dan menjadi ritual yang miskin substansi.

Jadi, mumpung masih ada waktu mari kita luangkan waktu untuk sejenak menyepi, merenung dan membuat gambaran besar tentang kehidupan kita, visi atau impian yang kita inginkan untuk kemakmuran diri pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara di tahun mendatang. Atau dalam bahasa agama, mulailah dengan niat atau nawaitu yang ikhlas dan benar.

Tahun baru adalah momen yang penting untuk melakukan introspeksi atas segala kegagalan dan kekecewaan yang pernah terjadi. Momen yang tepat untuk melakukan evaluasi sekaligus apresiasi terhadap prestasi yang telah kita capai hingga saat ini. Ada ungkapan yang mengatakan, "Barangsiapa yang hari ini lebih baik daripada hari kemarin, maka ia merupakan orang yang beruntung. Kalau sama saja, dia adalah orang yang merugi. Sedangkan kalau lebih buruk, dia adalah orang yang celaka".

SHARE TWEET

1 The Miracle of Giving



Izinkan saya ikut belajar menulis dan berlatih berbagi….
Sahabat, kadang kita takjub dengan balasan yang diberikan oleh seseorang kepada kita untuk sebuah perbuatan yang menurut kita pada saat melakukannya adalah “biasa-biasa saja”. Namun balasan (yang sebenarnya kita tidak mengharapkannya) yang diberikan dahsyatnya luar biasa…apalagi ketika melakukannya dengan penuh keikhlasan, penuh cinta dan kasih…

Berikut ada sebuah cerita yang diambil dan ditulis ulang dari sebuah ebook kumpulan motivasi…semoga bermanfaat dan dapat menambah kecintaan kita pada saudara-saudara kita…menambah semangat untuk terus memberi dan terus berbagi…dan semoga bisa melembutkan hati…
Adapun ceritanya begini :


Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari , orangtuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku. Yang mencintaiku lebih dari aku mencintainya.

Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatan membawanya, aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu ditangannya.

“Siapa yang mencuri uang ayah?!!!” Beliau bertanya. Aku terpaku terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapapun mengaku. Beliau mengatakan lagi “ Baiklah kalau begitu kalian berdua layak dipukul!”

Dia mengangkat tongkat bambu itu tinggi-tinggi. Tiba-tiba, adiku mencengkeram tangannya dan berkata, "Ayah, aku yang melakukannya!”

Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai beliau kehabisan nafas. Sesudah itu beliau duduk di ranjang dan memarahi kami. ”Kamu sudah belajar mencuri dari rumah, hal memalukan apalagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang ? kamu layak dipukul, kamu pencuri tidak tahu malu.”

Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku, tubuhnya luka, tetapi ia tidak menitikan airmata setetespun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba menangis meraung-raung.. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata,”Kak, jangan menangis lagi sekarang, semuanya sudah terjadi.”

Aku masih terus membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan baru seperti kemarin. Aku tidak pernah lupa tampang adikku ketika melindungiku. Waktu itu, adiku berusia 8 tahun. Aku berusia 11 tahun.

Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengar dia berkata lirih, ” Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik, hasil yang begitu baik”. Ibu mengusap airmatanya yang mengalir dan menghela nafas, ” Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?”

Saat itu juga adikku berjalan ke hadapan ayah dan berkata, ”Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, aku telah cukup membaca banyak buku”

Ayah marah besar dan berkata : ” Mengapa kamu mempunyai jiwa yang begitu lemah!!! Bahkan kalau aku harus mengemis di jalanan akan aku lakukan, kamu berdua harus sekolah sampai selesai.”

Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit makanan. Dia menyelinap di samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku:”Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimmu uang.”

Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu adiku berusia 17 tahun dan aku 20 tahun. Dengan uang yang ayahku pinjam dan uang dari adiku hasilkan dari mengangkut semen pada lokasi konstruksi, akhirnya aku sampai akhir tahun ketiga kuliah.

Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk memberitahukan, ” Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!”

Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor. Aku menanyakannya,”Mengapa kamu tidak bilang pada temanku kamu adalah adikku?”

Dia tersenyum dan menjawab, ”Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu aku adalah adikmu? Apa mereka tidak akan mentertawakanmu?”

Aku merasa terenyuh dan airmata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari badan adikku dan sambil tersekat aku berkata ”Aku tidak peduli omongan siapapun! Kamu adalah adikku apapun juga Kamu adalah adikku bagaimanapun penampilanmu...”

Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku dan terus menjelaskan, ”Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kakak harus memilikinya...”

Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Menariknya ke dalam pelukanku dan menangis....Tahun itu ia berusia 20 dan aku 23.

Pertama kali aku membawa teman-teman kuliahku ke rumahku, kaca jendela yang pecah telah diganti dan semuanya kelihatan bersih.Setelah teman-temanku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku. ”Bu, ibu tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk membersihkan rumah kita".

Tetapi katanya sambil tersenyum ”Itu adalah pekerjaan adikmu, dia pulang lebih awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkkah kamu melihat luka ditangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu."

Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus , seratus jarum terasa menusuk hatiku. Aku mengoleskan sedikit salep pada lukanya dan membalut lukanya. ”Apakah sakit?"

”Tidak kok Kak...Aku biasa kena batu-batu kak.” Ditengah kalimatnya aku membalikan punggungku karena air mata mulai menggenang dimataku....Tahun itu adikku 23 tahun dan aku berusia 26 tahun.

Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Aku berkali-kali mengundang orangtuaku datang dan tinggal dirumahku, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka sudah merasa dibesarkan di dusun dan tidak tahu harus berbuat apa kalau seandainya keluar dari dusun. Adikku juga mengatakan ”Kak jagalah mertuamu saja, saya yang akan menjaga ibu dan ayah disini..”
Suamiku menjadi direktur pabrik. Kami menginginkan adiku kerja di pabrik, akan tetapi adiku tak pernah mau, dia ingin tetap menjaga ayah ibu.

Suatu hari adiku jatuh dari sebuah tangga untuk memperbaiki kabel, ketika dia terkena sengatan listrik dan dia masuk ke rumah sakit. Aku dan suamiku menjenguknya, dan melihat gips putih dikakinya. Aku berkata ”Mengapa kamu menolak kerja menjadi manajer pabrik di tempat kakakmu. Coba kalau kau terima, tentu kamu tidak akan mengalami seperti ini.”

Dengan tanpang serius dia menjawab ”Kak, pikirkan nama baik kakak ipar kak. Ia baru saja menjadi Direktur, sedangkan saya tidak berpendidikan, nanti apa kata orang kalau saya menjadi manajer ? Kasihan kakak ipar."

Mata suamiku dipenuhi airmata, dan kemudian aku berkata ” Tapi kamu kurang berpendidikan itu juga karena aku, kakakmu."

"Mengapa kakak membicarakan masa lalu?” Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu ia berusia 26 tahun dan aku 29 tahun

Adikku kemudian menikahi seorang gadis pada usia 30 tahun. Dalam acara itu pembawa acara perayaan bertanya kepadanya, ”Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?” Tanpa berpikir panjang adikku menjawab ”Kakakku."

Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat lagi.
” Ketika kami sekolah SD. Saya dan kakakku sekolah SD di tempat yang cukup jauh dari tempat tinggal kami, di sebuah dusun yang berbeda. Setiap hari aku dan kakakku berjalan selama kurang lebih dua jam untuk pergi dan pulang ke sekolah. Suatu hari aku kehilangan satu sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai sebuah sarung tangan di tangannya, padahal kami berjalan sangat jauh dan cuaca sedang musim sangat dingin. Ketika kami tiba dirumah, tangan kakakku begitu gemetaran, sehingga ketika makan dia tidak bisa memegang sendoknya.......Sejak hari itu aku bersumpah, selama saya masih hidup aku akan menjaga kakakku dan aku akan selalu baik kepadanya."

Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku. Kemudian kata-kata begitu susah keluar dari bibirku, ”Dalam hidupku..orang yang paling berjasa padaku adalah adikku..orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku."

Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia itu..di depan kerumunan perayaan itu..air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai....

Sahabat hikmah yang tercinta....
Teruslah mencintai dan mengasihi.......
Nabi shalallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يُوَقِّرْ الْكَبِيرَ وَيَرْحَمْ الصَّغِيرَ
"Tidaklah termasuk golonganku orang yang tidak menghormati yang lebih tua dan tidak menyayangi yang muda 
(Shahih Shahihul Jami’ no. 5445, diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ath-Thabrani dari Ibnu Abbas)

Teruslah berbagi, sekecil apapun bentuknya.......
Rasulullah saw bersabda, " Khoirunnaasi anfa'uhum linnaas” "Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya." (HR Daruquthni).
SHARE TWEET