Pengembang-pengembang papan atas seakan tak pernah kehabisan kreativitas dan energi untuk terus melakukan ekspansi. Sejak efek krisis finansial global mereda di 2009, para pengembang sepertinya belum berniat memperlambat, apalagi menghentikan pergerakan bisnis properti mereka. Hal ini terlihat dari pembangunan berbagai proyek properti, seperti perumahan, apartemen, pusat perbelanjaan (terutama mal), dan perkantoran.
Belakangan muncul pendapatan yang menyatakan ledakan bisnis properti akan terjadi di 2012. Akan tetapi berdasarkan hasil analisis Ikatan Analis Properti Indonesia (IKAPRI), ledakan properti akan terjadi pada tahun 2013-2014.
Secara umum, bisnis properti nasional masih meningkat hingga tahun 2014. Hal ini berdasarkan tinjauan dari nilai kapitalisasi bisnis properti yang dilakukan IKAPRI. Akan tetapi, siklus properti untuk masing-masing sub-sektor properti tetap berbeda. Sektor apartemen diperkirakan akan mencapai puncaknya pada 2012 dengan nilai kapitalisasi sebesar Rp 12,4 triliun, sedangkan sektor ritel (pusat perbalanjaan) akan mencapai puncaknya 2013 dengan nilai kapitalisasi Rp 14 triliun.
Sementara itu, sektor perkantoran diperkirakan sudah mencapai puncaknya di 2011 lalu dengan nilai kapitalisasi Rp 10 triliun, sedangkan sektor perhotelan telah mengalami booming sejak 2010-2012, dengan nilai kapitalisasi di atas Rp 6 triliun. Di sisi lain, sektor perumahan dan ruko tetap akan tumbuh signifikan sampai 2012-2014. Secara umum, total nilai kapitalisasi properti tertinggi terjadi pada 2013-2014 yang secara signifikan ditopang oleh sektor perumahan, ruko, dan pusat perbalanjaan.
Aktivitas bisnis properti pada 2012, khususnya di sub-sektor komersial, masih terkonsentrasi pada kesibukan penyelesaian proyek dari pengembangan di 2010-2011, ketimbang meluncurkan proyek-proyek baru. Hal ini yang menjadi penyebab banyak pengamat memperkirakan bahwa ledakan bisnis properti akan terjadi pada 2012. Akan tetapi, sektor perumahan dan ruko masih dalam tahap pertumbuhan (growth), dan akan mencapai puncak pada 2014.
Dominasi sektor perumahan
Berdasarkan hasil analisa IKAPRI, pada periode 2011-2014 pasar properti masih tetap didominasi oleh sektor perumahan, yang permintaannya setiap tahun meningkat signifikan. Berdasarkan data Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera), backlog perumahan nasional hingga 2010 sudah mencapai 13,6 juta. Besarnya backlog membuat permintaan rumah baru semakin besar setiap tahunnya, apalagi didukung dengan membaiknya tingkat perkonomian Indonesia yang diperkirakan akan tumbuh di atas 6 persen di 2011- 2013.
Di lain pihak, suku bunga Bank Indonesia saat ini merupakan yang terendah sepanjang sejarah, yakni di posisi 6 persen. Hal ini diperkuat dengan pertumbuhan jumlah kelas menengah yang memiliki daya beli tinggi (mencapai Rp 40 juta), serta rata-rata pendapatan per kapita nasional yang telah melampaui $ 3.250. Berdasarkan indikato tersebut, IKAPRI memperkirakan pertumbuhan penjualan rumah baru pada 2012 akan mencapai 15-20 persen dibanding 2011 lalu.
Berdasarkan pengamatan IKAPRI terhadap para raksasa properti Tanah Air seperti: Duta Pertiwi, Ciputra Group, Lippo Group, Summarecon Agung, Bakrieland Development, Damai Putra Group, Intiland, Pakuwon Group, Sentul City, dan lain-lain, maka IKAPRI memprediksi akan terjadi peningkatan penjualan yang signifikan di sektor perumahan, jika dibandingkan dengan 2010 lalu. Kenaikan penjualan rumah ini pun diprediksi akan terjadi hampir di seluruh kota-kota besar di Indonesia.
Berdasarkan hasil analisa IKAPRI, penjualan rumah secara nasional pada 2011 mencapai 307.800 unit dengan nilai transaksi mencapai Rp 49,98 triliun. Diperkirakan pada 2012 ini, penjualan rumah akan meningkat sebesar 7-10 persen dengan nilai transaksi diperkirakan mencapai Rp 56,8 triliun.
0 comments:
Posting Komentar
Tolong yah Kawan untuk berbagi komentar anda di blog saya, satu kata yang anda tulis sejuta pahalanya bagi anda ^^v